SEJARAH DESA DUKUN

Wilayah yang sangat wingit itu semakin hari semakin banyak pemuda pemudi yang datang mencari ilmu atau ngenger, baik dari kalangan bangsawan maupun pemuda kalangan rakyat biasa, namun kali ini pemuda pemudi yang datang ke wilayah ini bukan untuk belajar pada alam namun mereka bertemu dengan Suryo Wangi untuk mengabdi menjadi murid.
Lambat laun wilayah itu semakin banyak penghuninya dan permukiman semakin padat, siang dan malam di warnai kegiatan olah kanuragan maupun olah kebatinan, selain itu juga banyak pendatang yang mengantarkan saudara - saudaranya  yang dalam keadaan sakit ataupun yang memiliki keperluan lain tentang permasalahan kehidupan baik dari kalangan rakyat jelata maupun para abdi dalem kasultanan.
Perkampunganpun semakin banyak dan setiap gerombolan pemukiman di kelilingi belumbang- belumbang sebagai benteng pertahanan pemukiman, kampungpun semakin ramai banyak kegiatan baik yang olah kanuragan maupun melakukan penyembuhan serta banyak kegiatan dalam bercocok tanam.
Kegiatan Kerukunan dan gotongroyong  dalam bentuk sosial menjadi kegiatan sehari – hari, kampungpun semakin ramai dan terlihat damai, begitu juga banyak orang mandi di sendang penguripan dengan penuh harapan agar penyakit yang di deritanya cepat sembuh atas perantara sendang penguripan, begitu juga Banyaknya  bangsawan yang ngenger di desa ini meningggalkan jiwa kebangsawanan dan jiwa pendekar.

Pada bulan suro hari jumat wage SURYO WANGI mengadakan syukuran sedekahan bersama rakyat dengan menyembelih kambing dan berdoa bersama yaitu bersedakah untuk para kasatria pejuang dan berdoa untuk seluruh rakyat kampung tersebut,dalam memasak kambingpun di beri alang-alang, daun kluwih,daun pace, serta tanah yang ditetesi darah kambing ketika kambing itu di sembelih tujuanya untuk mensucikan diri agar tetap berjiwa kasatria, pada hari itulah SURYO WANGI memberi nama kampung itu yaitu kampung  DUKUN dengan beberapa pertimbangan rakyatnya senang bersedekah atau senang udu agar rukun, senang gotongroyong dan banyak yang jadi sesepuh atau kiyai jaman itu sesepuh dipanggilnya kyai apapun keyakinanya begitu juga orang luar kampung lebih akrab menyebut kampung Dukun, akhir dalam perubahan jaman penduduk semakin banyak dan menjadi desa yaitu desa Dukun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar